Palawa Unpad Tertarik Potensi Wisata Goa Karawang
KARAWANG, RAKA- Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam (PMPA) PALAWA Universitas Padjadjaran Bandung (Unpad) melakukan kegiatan ekpedisi ekowisata di Karawang baru-baru ini. Mereka menilai, goa yang berada di Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan, menyimpan berbagai keindahan khas dunia bawah tanah dan potensi sumber daya alam yang melimpah.
Fika Indriani salah satu anggota PMPA PALAWA Unpad mengatakan, timnya beranggotakan 7 orang dan 2 orang pembimbing ini mengusung dua konsep yang berbeda, yaitu konsep endokarst (dalam goa) dan eksokarst (luar goa). Di mana pada konsep endokarst tim melakukan kegiatan penelusuran goa (eksplorasi), pemetaan, pendataan biota, dan pendokumentasian kesembilan goa yang berbeda.
Melalui ekspedisi tersebut, timnya ingin mengetahui kondisi goa-goa di Tamansari. Menurut Fika, sampai saat ini sebagian goa-goa tersebut ada yang berstatus baik dan sebagian ada juga yang rusak. “Goa Cilele, goa Gede, goa Citamiang, goa Khotib dapat menjadi contoh dari goa yang masih berstatus baik karena ornamen stalaktit dan stalakmit yang terdapat di dalamnya masih bagus dan hidup,” ujar Fika kepada RAKA, Rabu (3/9).
Ditambahkan Fika, biasanya goa yang masih berada dalam keadaan baik karena letaknya yang jauh dari areal pertambangan, sedangkan goa yang berstatus rusak adalah goa-goa yang dekat dengan areal pertambangan, antara lain adalah goa Bagong yang kini dalam kondisi memprihatinkan dan mengalami pencemaran. Sebagaiman yang terjadi di goa Bagong, banyak limbah dari pembakaran batu kapur berwarna hitam pekat dan mengeluarkan hawa panas dengan ketinggian limbah mencapai kurang lebih satu meter. Tingginya limbah menutup pintu goa, sehingga ornamen mulut goa tidak lagi terlihat dan bahkan telah mati.
“Ini patut disayangkan, akibat limbah tersebut goa Bagong tidak dapat ditelusuri dan dieksplorasi oleh pencinta alam seperti kami,” ungkapnya.
Selain goa Bagong, goa Haji pun mulai terancam keberadaannya. Goa Haji saat ini malah dijadikan tempat istirahat, bahkan tempat untuk tidur bagi para penambang yang kelelahan atau kemalaman. Salah satu goa lain di Pangkalan yang berpotensi menjadi tempat wisata adalah goa Gede. Goa ini memiliki lorong unik layaknya buatan manusia. Kata Fika, karena struktur bebatuan goa yang menyulitkan pengunjung masuk secara langsung dan harus menggunakan peralatan khusus, menjadikan tempat tersebut agak susah menjadi tujuan wisata. “Sejauh ini, hanya goa Haji yang masih menjadi tujuan wisata, itupun wisata ziarah,” ungkapnya.(ega)
sumber: Radar Karawang
Fika Indriani salah satu anggota PMPA PALAWA Unpad mengatakan, timnya beranggotakan 7 orang dan 2 orang pembimbing ini mengusung dua konsep yang berbeda, yaitu konsep endokarst (dalam goa) dan eksokarst (luar goa). Di mana pada konsep endokarst tim melakukan kegiatan penelusuran goa (eksplorasi), pemetaan, pendataan biota, dan pendokumentasian kesembilan goa yang berbeda.
Melalui ekspedisi tersebut, timnya ingin mengetahui kondisi goa-goa di Tamansari. Menurut Fika, sampai saat ini sebagian goa-goa tersebut ada yang berstatus baik dan sebagian ada juga yang rusak. “Goa Cilele, goa Gede, goa Citamiang, goa Khotib dapat menjadi contoh dari goa yang masih berstatus baik karena ornamen stalaktit dan stalakmit yang terdapat di dalamnya masih bagus dan hidup,” ujar Fika kepada RAKA, Rabu (3/9).
Ditambahkan Fika, biasanya goa yang masih berada dalam keadaan baik karena letaknya yang jauh dari areal pertambangan, sedangkan goa yang berstatus rusak adalah goa-goa yang dekat dengan areal pertambangan, antara lain adalah goa Bagong yang kini dalam kondisi memprihatinkan dan mengalami pencemaran. Sebagaiman yang terjadi di goa Bagong, banyak limbah dari pembakaran batu kapur berwarna hitam pekat dan mengeluarkan hawa panas dengan ketinggian limbah mencapai kurang lebih satu meter. Tingginya limbah menutup pintu goa, sehingga ornamen mulut goa tidak lagi terlihat dan bahkan telah mati.
“Ini patut disayangkan, akibat limbah tersebut goa Bagong tidak dapat ditelusuri dan dieksplorasi oleh pencinta alam seperti kami,” ungkapnya.
Selain goa Bagong, goa Haji pun mulai terancam keberadaannya. Goa Haji saat ini malah dijadikan tempat istirahat, bahkan tempat untuk tidur bagi para penambang yang kelelahan atau kemalaman. Salah satu goa lain di Pangkalan yang berpotensi menjadi tempat wisata adalah goa Gede. Goa ini memiliki lorong unik layaknya buatan manusia. Kata Fika, karena struktur bebatuan goa yang menyulitkan pengunjung masuk secara langsung dan harus menggunakan peralatan khusus, menjadikan tempat tersebut agak susah menjadi tujuan wisata. “Sejauh ini, hanya goa Haji yang masih menjadi tujuan wisata, itupun wisata ziarah,” ungkapnya.(ega)
sumber: Radar Karawang
Komentar
Posting Komentar