Puluhan Penambang Pasir di Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan, Alih Profesi

PINDAHKAN PASIR: Tisna (35) penggali pasir Sungai Cibeet, warga Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan, memindahkan pasir dari perahu ke darat, Kamis (13/8) siang.

KARAWANG, RAKA - Puluhan penjarang pasir di Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan, terpaksa alih profesi menjadi kuli angkut kapur. Pasalnya, selama musim kemarau ini terjadi pendangkalan sungai sehingga perahu mereka tidak bisa beroperasi.

Tisna (35) adalah satu dari puluhan penjarang pasir yang mencoba tetap bertahan. Dia mengakui sebelum kemarau jumlah penjarang pasir di desa mencapai lima puluhan penjarang. Tetapi sejak musim kemarau jumlah itu menyusut hingga dua puluh lima penjarang.

"Musim kemarau sekarang, sangat menyulitkan semua penggali. Pasalnya perahu yang mengangkut para penggali pasir banyak yang karam, akibat menyusutnya air sungai cibeet. Karena hanya beberapa perahu saja yang bisa berlayar, membuat setengah dari penggali pasir yang jumlahnya lima puluh orang tidak bisa ikut menggali pasir ke tengah sungai cibeet," ucap Tisna, kemarin.

Sementara untuk menutupi kebutuhan, lanjut dia, banyak dari mereka akhirnya menjadi kuli angkut kapur dan kayu, pokoknya kegiatan yang bisa menghasilkan uang. Sebab kalau hanya mengandalkan pasir di bantaran sungai, penghasilan kami turun drastis. Hanya penggali yang sudah mencintai profesi yang bertahan.

Akibat pendangkalan sungai, pasir yang berhasil diangkut kedarat berkurang lima puluh persen, dari dua puluh kibik menjadi sepuluh kibik perhari. "Kalau sungai ini banjir, kami bisa menjelajahi sepanjang sungai cibeet dari hulu ke hilir untuk mencari pasir dengan menggunakan alat yang namanya penggaet.

Biasanya per satu perahu bisa mendapatkan dua puluh kibik dari pagi sampai sore hari. Penghasilan yang kami peroleh bisa mencapai Rp. 200.000,00 perhari. Untuk ukuran penjualan pasir, tidak dihitung perkibik, tapi ditakar oleh pembeli per satu bak truk," katanya.

Pasir yang diambil didasar sungai Cibeet, biasanya mereka jual ke Bekasi, Jakarta dan Banten. Menurut Tisna, pembeli datang sendiri ke penjarangan pasir di desanya. "Semenjak kualitas pasir menurun, mempengaruhi harga pasir. Kalau dulu harga pasir per satu bak bisa mencapai Rp. 300.000,00," lanjutnya.

Ketika disinggung apakah jumlah pasir di sungai tersebut menyusut, ia menhttp://www.blogger.com/img/blank.gifgaku, selama tiga puluh tahun ia menggeluti profesi sebagai penggali, jumlah pasir di sungai cibeet tidak pernah mengalami pengurangan.

"Sifat pasir disini tidak menetap, atau bisa dikatakan mengalir dari hulu ke hilir. Hulu sungai ini ada di Cariu Bogor sampai ke bendungan cibeet, jadi sepanjang cariu sampai bendungan cibeet jumlah pasir sangat melimpah. Bayangkan saja, selama tiga puluh tahun saya disini, selalu mendapatkan pasir yang melimpah," akunya.

Aman (40) penyalur pasir di Desa Tamansari, mengaku selama puluhan tahun, jumlah pasir tidak pernah berkurang. Namun penurunan jumlah pasir, lebih dikarenakan dangkalnya sungai Cibeet. Akibatnya penggali pasir tidak bisa menyusuri aliran sungai untuk mencari pasir.


Komentar

Postingan Populer